MAKALAH HIGH PERFOMANCE WORK SYSTEM (HPWS)
MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA
NUR AZIZAH
ABRIDA BASUNI
1512000051
High Performance Work System (HPWS)
High
Performance Work System (HPWS) adalah unsur-unsur dalam sistem sumber daya
manusia yang dirancang untuk memaksimalkan mutu keseluruhan modal manusia
organisasi (overall quality of human capital throughout the organization). Dalam HPWS setiap elemen pada sistem SDM di
rancang untuk memaksimalkan seluruh human
capital melalui organisasi.
Contoh
High Performance Work System :
a.
Menghubungkan keputusan seleksi dan promosi dengan modet
kompetensi yang telah dibangun (validated competency model) untuk mencapai
tujuan strategik perusahaan.
b.
Mengembangkan strategi-strategi yang memberikan dukungan yang
tepat waktu dan efektif mendukung keterampilan yang dituntut untuk implementasi
strategi perusahaan.
c.
Menetapkan kebijakan kompensasi dan manajemen kinerja yang
dapat menarik; mempertahankan dan memotivasi karyawan berkinerja tinggi.
Hal diatas merupakan langkah penting dalam pembuatan keputusan
peningkatan kualitas karyawan dalam organisasi, sehingga memungkinkan kinerja
organisasi berkualitas. Agar supaya SDM mampu menciptakan value, organisasi perlu membuat struktur
untuk setiap elemen dari sistem SDM dengan cara menekankan, mendukung dan me-reinforce HPWS.
Tetapi dengan mengadopsi kinerja tinggi yang memfokuskan pada
masing-masing kebijaksanaan dengan praktek SDM saja tentunya tidaklah cukup.
Pada hakekatnya diperlukan adanya pemikiran sistem yang menekankan pada “inter-relationship” antara komponen
sistem SDM dan hubungan antara SDM dengan sistem implementasi strategi yang
lebih luas.
HPWS secara langsung menciptakan “customer value” atau nilai (value) lainnya
yang berkaitan. Dalam hal ini, proses kemitraan (alignment) dimulai dari pemahaman yang jelas terhadap rantai
nilai perusahaan, suatu pemahaman solid apa saja yang dijadikan nilai
perusahaan dan bagaimana manfaat nilai tersebut diciptakan. Kuncinya,
bahwa karakteristik HPWS tidak hanya mengadopsi kebijaksanaan dan praktek SDM
yang tepat tetapi juga bagaimana mengelola praktek SDM tersebut. Dalam HPWS,
kebijaksanaan dan praktek SDM perusahaan menunjukkan alignment (kemitraan) yang kuat dengan sasaran operasional dan
strategi bersaing organisasi. Setiap HPWS akan berbeda diantara organisasi,
sehingga HPWS dapat disesuaikan dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan
masing-masing organisasi.
Masalah yang timbul di tempat kerja
Banyak masalah yang dapat timbul di tempat kerja sebelum membuat penilaian
kepribadian maka nilailah hal yang di bawah ini sudah balance belum ?
1.
Tidak ada aturan dan prosedur
Ketika karyawan tidak
mengerti aturan kerja (kewajibannya), atau cara kerja yang tidak konsisten
dan cenderung berubah-ubah yang menyebabkan tidak maksimalnya kinerja. Bahkan
hal seperti ini dapat memicu percekcokan antara sesama karyawan, misalnya
dengan mengatakan, “oh itu bukan tugas saya, itu tugas di dia”.
Solusinya: buatlah standar
prosedur kerja yang jelas dan pastikan mereka tahu apa tugas pokok mereka
sehingga tidak terjadi pencaplokan wilayah kerja. Control kerja mereka minimal
per triwulan dan evaluasi setiap satu tahun sekali.
2.
Kurangnya batasan
Jika pintu ruang kerja
anda selalu terbuka untuk tempat mengeluh, gossip dan curhat, maka akan membuat
waktu anda banyak terbuang. Secara tidak sadar anda memicu terjadinya
permasalahan di tempat anda bekerja.
Solusinya: Tetapkan
waktu-waktu yang tertentu untuk bisa ditemui dan akan lebih disukai lagi bila
membuat janji dulu. Hal ini untuk mencegah kunjungan yang tidak begitu penting.
3.
Kurang komunikasi
Ketika karyawan tidak tahu
kenapa anda membuat kebijakan seperti itu. Ingat, ketika anda tidak tahu pulau
apa yang akan anda layari atau kenapa anda melayarinya maka hal itu sangat
mudah menurunkan motivasi.
Solusinya :
Meng-update informasi via memo, rapat, atau teknik-teknik lain dalam
berkomunikasi. Tetapkan tujuan yang menantang tapi masih mungkin diraih
kemudian apresiasi prestasi dan rayakan kesuksesan maka akan membuat motivasi
karyawan meningkat.
4.
Melihat semuanya sebagai masalah
Banyak orang yang
terkadang hanya focus pada masalah. Sehingga pikiran itu membuat produktifitas
kerja menurun. Terlalu banyak keluhan sehingga membuat pikiran membawa mereka
untuk berpikir suatu hal tidak mungkin dilakukan.
Solusinya: mulailah
berpikir bahwa rintangan dalam hidup adalah media untuk menjadi lebih dewasa.
Mencari solusi lebih baik ketimbang harus mengeluh dan focus pada masalah
Ketika ada karyawan yang
menemui anda dengan keluhannya tentang ini dan itu, terima complain mereka
kemudian jadwalkan mereka untuk kembali ke anda dengan fakta-fakta
bagaimana masalah tersebut berefek pada produktifitas kerja mereka dan juga
potensi sulusi dari mereka sendiri. Hal ini dapat membantu karyawan untuk
lebih berpikir dinamis ketimbang harus focus pada masalah yang menimpa. Bila
ada masalah yang memang sangat mengganggu kinerja, maka mereka akan terbiasa
untuk mengungkapkan sesuatu dengan kerangka berpikir yang lebih dewasa.
5.
Budaya workaholic
Sepertinya ada kesepakatan
bersama bahwa tidak ada cukup waktu, untuk alasan itu, mereka melewatkan
istirahat, bekerja dari waktu ke waktu dan kemudian hari nanti dan mereka
percaya akan ada kesempatan untuk beristirahat. Ini adalah mitos yang
memberikan kontribusi untuk kesalahan besar, mudah marah, dan perilaku kasar.
Solusinya: bila hal ini
terjadi pada anda dan karyawan anda, maka perlu diingat bahwa manusia butuh
istirahat. Mengelola energi sangat penting untuk kinerja puncak dan
produktivitas. Istirahat secara teratur wajib, setidaknya setiap dua jam dalam
satu hari untuk memaksimalkan efektivitas dan meningkatkan sikap dan hubungan
kerja.
Dengan mengetahui cara
mengatasinya, maka lima hal simple yang bisa membuat produktifitas dan motivasi
kerja karyawan menurun dapat diselesaikan dengan baik. Masalah kecil harus
semakin kecil, jangan biarkan masalah kecil bisa merusak suasana tempat kerja
yang anda pimpin.
a.
Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan
secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa dan hasil kerjanya.
b.
Upah adalah hak pekerjaan atau buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan kepada pekerja/buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau
peraturan perundangan-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh.
c.
Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa
materi, yang diberikan sebagai suatu perangsang ataupun pendorong dengan
sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang besar
untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi.
Gaji biasanya untuk karyawan tetap dan sifatnya teratur, telah terjadwal.
Kalo upah biasanya untuk buruh dan tidak terjadwal tergantung pada pekerjaan
yang telah di selesaikan buruh tersebut. Kalau insentif adalah tambahan gaji
atau upah yang diberikan sebagai dorongan bagi karyawan untuk bekerja lebih
giat dan disiplin.
Pertimbangan dalam menentukan gaji atau upah
1.
Jumlah gaji dan upah sebaiknya sesuai dengan kinerja yang
diberikan oleh karyawan/ buruh pada perusahaan. Karyawan/buruh yang memiliki tugas yang cukup sulit
atau beresiko tinggi sebaiknya diberi imbalan yang memadai.
2.
Karyawan/buruh yang memiliki prestasi atau memiliki pencapaian yang
berdampak baik ada perusahaan layak mendapat imbalan berupa bonus disamping
gaji pokok atau upah standar. Pemberian imbalan khusus pada karyawan/buruh atas pencapaian tertentu
akan dapat memotivasi karyawan/ buruh untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja
mereka di perusahaan.
3.
Karyawan berhak mendapatkan kenaikan gaji
berdasarkan kriteria tertentu yang telah diberlakukan oleh perusahaan. Sama
halnya dengan pemberian bonus, kenaikan gaji akan dapat memotivasi karyawan
untuk memberikan kinerja terbaik bagi perusahaan.
4.
Buruh juga berhak mendapatkan bonus di atas upah standar
saat sudah tercapai target yang di berikan perusahaan.
Langkah- langkah dalam menentukan gaji karyawan
1.
menentukan berapa nominal yang seharusnya didapatkan oleh
karyawan tersebut, sesuai dengan jabatannya.
2.
dilakukan berdasarkan dengan berapa performa yang mereka berikan
kepada perusahaan. Yang pasti, perusahaan tak akan pernah pelit dengan
karyawannya yang mampu menunjukan bahwa performa mereka itu ternyata lebih baik
lagi.
3.
uang lembur dan juga bonus.
4.
berdasarkan dengan penghitungan yang matang sesuai dengan
kenaikan inflasi dan juga faktor lainnya. Terkadang memang perusahaan juga
harus menyesuaikan gaji karyawan sesuai dengan UMR atau upah minimum sesuai
dengan peraturan yang diberikan oleh pemerintah.
Sistem informasi pekerja adalah suatu sistem yang berisi tentang informasi
dari pekerja di perusahaan tersebut. Untuk perencanaan dan pengawasan dari
pekerja tersebut. Sehingga kita dapat mengetahui bagaimana latar belakang dari
pekerja tersebut, apabila ada keluarga yang sakit kita dapat mengetahui dan
memberikan bonus atau tunjangan agar dia dapat bekerja maksimal tanpa terbebani
oleh salah satu keluarga tersebut, perusahaan dapat dinilai loyal pula.
Kesejahteraan pekerja
Kesejahteraan merupakan suatu bentuk
usaha yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan semangat kerja
karyawan. Pelayanan kesejahteraan merupakan rangkaian pemberian tunjangan dan
fasilitas-fasilitas dalam bentuk tertentu kepada karyawan diluar gaji, biasanya
berupa transportasi, uang lembur, cuti, kantin, asuransi, jamsostek dan
sebagainya.
Pelayanan kesejahteraan karyawan
tersebut dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan dalam memperoleh keamanan
dari segi fisik dan psikis bagi karyawan beserta keluarganya serta menciptakan
ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin, dan sikap loyal karyawan
teerhadap perusahaan, sehingga labour turnover relatif rendah
Kesejahteraan merupakan usaha dari
pemimpin perusahaan untuk merangsang dan meningkatkan semangat kerja atau
gairah kerja karyawannya, sehingga tujuan dari suatu perusahaan dapat tercapai.
Menurut Drs. Suad Husnan MBA dalam
bukunya “Manajemen Personalia” (2005:270) mengemukakan prinsip-prinsip dari
program pelayanan kesejahteraan karyawan adalah sebagai berikut :
a.
Pelayanan hendaknya diarahkan untuk memuaskan kebutuhan yang
sebenarnya.
b.
Pelayanan hendaknya dibatasi pada kegiatan yang lebih efektif
dan dijalankan secara kompak.
c.
Pelayanan haruslah mengunakan dasar yang seluas mungkin. d.
Biaya program pelayanan ini hendaknya bisa dihitung, dan provisinya ditentukan
secara jelas untuk dasar pembelajaran.
Menurut Edwin B Flippo (2006:294)
manfaat program pelayanan kesejahteraan karyawan adalah sebagai berikut :
1.
Perekrutan yang lebih efektif.
2.
Perbaikan moral dan kesetiaan.
3.
Perputaran tenaga kerja dan absensi yang rendah.
4.
Hubungan masyarakat yang baik.
5.
Pengurangan pengaruh serikat buruh, baik yang ada sekarang
maupun yang potensial.
6.
Pengurangan ancaman campur tangan pemerintah lebih lanjut.
Komentar
Posting Komentar