PEREKONOMIAN INDONESIA : SEJARAH PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Pokok Bahasan : Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia
Subpokok Bahasan : -
Ekonomi Subsisten (zaman masyarakat adat dan kerajaan)
-
Dual economy (ekonomi
colonial)
-
Ekonomi Industrial
(ekonomi modern)
______________________________________________________________________________
Tahapan sejarah ekonomi politik
Indonesia
¢ 1830-1870
: pertumbuhan ekspor yang cepat, namun menurun setelah 1840
¢ 1870
– 1900 : reformasi kebijakan, tetapi pertumbuhan lambat
¢ 1900
– 1930 : politik etis dan perluasan eksport
¢ 1932-
1942 : depresi dunia yang mendorong kontraksi jumlah ekspor
¢ Tahapan
sejarah ekonomi politik Indonesia
¢ 1942
– 1950 : pendudukan Jepang, dan perjuangan kemerdekaan yang mengganggu kinerja
ekonomi
¢ 1950-1958
: penururnan PDB perkapita, kemunduran struktural
¢ 1966-1973
: penyembuhan ekonomi
¢ 1973-1981
: periode oil boom
¢ 1981
– 1990 : produksi ekspor nonmigas yang mendorong pertumbuhsn output.
Ekonomi Kolonial
¢ Selama
era kolonial Belanda hingga 1942, penjajah berpikir bagaimana mengeksploitasi
kekayaan alam Indonesia.
¢ Caranya
: mengeluarkan sejumlah Undang-undang dan menarik pajak.
¢ Mengeluarkan
undang-undang gula (Sugar Law) dan Undang-Undang Agraria menandai
berakhirnya sistem tanam paksa di Jawa.
¢ Rakyat
pribumi tidak menikmati buah pertumbuhan ekonomi, sebagaimana tercermin lebih
rendahnya konsumsi masyarakat dibanding pertumbuhan ekonomi, serta tingginya
tingkat keuntungan pemodal asing (foreign remittance) yang mengalir ke
Belanda.
¢ Rezim
kolonial Belanda sibuk mengembangkan koloni secara material dan infrastruktur,
namun mengabaikan kebutuhan pendidikan tinggi atau pembangunan tenaga kerja
Indonesia yang terdidik.
¢ Sistem
pengolahan Belanda terbukti menghalangi pembangunan kelembagaan pasar di
pedesaan Jawa, dampaknya pendapatan dari usaha ini hilang setelah kemerdekaan
karena sistem pendidikan gagal melatih pegawai kelas atas dan menengah yang
melaksanakan perekonomian setelah kemerdekaan.
¢ Penjajahan
berimplikasi hilangnya kesempatan sebuah negara.
¢ Sejarah
Indonesia pada masa kolonial memberikan pelajaran bahwa penjajahan yang
berfokus pada pembangunan fisik dan infrastruktur, namun mengabaikan
pengembangan keahlian sumber daya manusia, tidak memberikan peninggalan bagi
keberlanjutan negara yang dijajah.
¢ Ekonomi
kolonial berimplikasi pada mandegnya pembangunan ekonomi dan menjadikan
kerentanan terhadap berbagai krisis yang bisa terjadi kapan saja.
Menurut sistem ekonomi yang pernah di
terapkan selama penjajahan Belanda, sejarah ekonomi kolonial Belanda dapat di
bagi dalam tiga episode :
1. Sistem
Merkantilisme ala VOC (Vereenigde
OosT-Indische Compagnie) sekitar tahun 1600 – 1800
2. Sistem
monopoli negara ala tanam paksa sekitar 1830 – 1870
3. Sistem
ekonomi kapitalis liberal sejak 1870 – 1945
Sejarah nasionalisme ekonomi
Menurut Mubyarto (2001), siklus 7
tahunan terjadi selama 8 kali sejak 1945 yaitu :
¢ 1945-1952
: Ekonomi perang
¢ 1952-1959
: pembangunan ekonomi nasional
¢ 1959-1966:
ekonomi komando
¢ 1966-1973:
demokrasi ekonomi
¢ 1973-1980:
ekonomi minyak
¢ 1980-1987:
ekonomi keprihatinan
¢ 1987-1994:
ekonomi konglomerasi
¢ 1994-2001:
krisis ekonomi
¢ 2001-2008:
reformasi
¢ Masa
penjajahan dan orde lama diterjemahkan sebagai revolusi
¢ Pada
era Soekarno sampai tahun 1966, pemerintah sangat mngeintervensi dan memilih
berorientasi kedalam dalam pengembangan strategi industri.
¢ Era
pasca Soeharto diartikan perombakan tatanan lama yang otoriter, korup dan
timpang menuju tatanan baru yang lebih demokratik, pro rakyat dan berkeadilan
dan merupakan periode kebijakan industri.
Perkembangan Kebijakan Industri
Nasional
Periode Rehabilitasi dan Stabilitasi
( 1967-1972)
¢ Pengembangan
industri
¢ Subsitusi
impor
¢ Orientasi
kedalam (inward looking)
Periode Boom minyak ( 1973-1981)
¢ Pengembangan
industri
¢ Subsitusi
impor
¢ Orientasi
kedalam (inward looking)
¢ Perkembangan
Kebijakan Industri Nasional
Periode penurunan harga minyak
(1982-1985)
¢ Pengembangan
isdustri subsitusi impor dengan pendalaman dan pemantapan struktur industri.
¢ Pengembangan
industri melalui penguasaan teknologi dibeberapa bidang (pesawat terbang, mesin
perkapalan)
¢ Orientasi
kedalam (inward looking)
¢ Periode penurunan harga minyak ( 1986-1996)
¢ Pengembangan
isdustri subsitusi impor dengan pendalaman dan pemantapan struktur industri.
¢ Pengembangan
industri melalui penguasaan teknologi dibeberapa bidang (pesawat terbang, mesin
perkapalan)
¢ Pengembangan
industri orientasi ekspor.
¢ Orientasi
keluar (outward looking)
¢ Perkembangan
Kebijakan Industri Nasional
Periode krisis dan pemulihan
(1986-1996)
¢ Revitalisasi,
konsolidasi, resrukturisasi industri
¢ Orientasi
kedalam dan keluar ( Inward and Outward lookig)
¢ Pemulihan
dan Pengembangan (2005-2009)
¢ Revitalisasi,
konsolidasi, resrukturisasi industri
¢ Pengembangan
industri berkeunggulan kompetitif dengan kluster dan kompetensi inti daerah.
¢ Orientasi
kedalam dan keluar ( Inward and Outward lookig)
Sejak dekade 80-an
perekonomian Indonesia mengalami pergeseran ke arah yang lebih liberal dan
terdesentralisasi berbarengan dengan berubahnya peran pemerintah pusat dari
yang sebelumnya sebagai agen pembangunan ekonomi disamping agen pembangunan
sosial dan politik ke peran lebih sebagai fasilitator bagi pihak swasta,
terutama dari segi administrasi dan regulator, sedangkan peran swasta meningkat
pesat. Karena ekonomi Indonesia pada masa orde baru semakin tergantung pada modal
asing, khususnya PMA, dan pinjaman luar negeri, pemerintah Indonesia tidak ada
pilihan lain selain melakukan deregulasi yang merupakan paket dari pergeseran
ekonomi Indonesia. Sistem ekonomi Indonesia cenderung semakin kapitalis,
semakin luas diterapkan sejak era reformasi pada tahun 1998 hingga sekarang
pemerintahan SBY. Ada dua dorongan yang membuat hal ini terjadi :
1. Desakan
dari IMF sebagai konsekuensi dari bantuan keuangan dari lembaga moneter dunia
tersebut yang diterima oleh pemerintah Indonesia untuk membiayai proses
pemulihan akibat krisis ekonomi 1997/1998.
2. Sudah
diketahui secara umum, bahwa setiap negara yang menerima bantuan dari IMF harus
melakukan apa yang disebut “penyesuaian struktural” yang terdiri atas sejumlah
langkah yang harus ditempuh oleh negara negara penerima bantuan yang menjurus
ke liberalisasi perekonomian mereka.
Tujuan jangka panjang dari
pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa orde baru adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui proses industrialisasi dalam skala besar, yang
pada saat itu di anggap sebagai satu satunya cara yang paling tepat dan efektif
untuk menanggulangi masalah masalah ekonomi, seperti kesempatan kerja dan
defisit neraca pembayaran.
Pada masa
pemerintahan SBY, rakyat Indonesia, pelaku usaha luar dan dalam negeri maupun
negara-negara donor serta lembaga-lembaga dunia, seperti IMF, Bank Dunia, ADB,
sempat optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia 5 tahun ke depan akan jauh lebih
baik dibandingkan pada masa pemerintahan sebelumnya sejak Soeharto lengser.
Bahkan kabinet SBY dan lembaga dunia tersebut menargetkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2005 akan
berkisar sedikit diatas 6%.
Target ini
dilandasi oleh asumsi bahwa kondisi politik di Indonesia akan terus membaik dan
faktor-faktor eksternal yang kondusif (tidak memperhitungkan akan adanya
gejolak harga minyak di pasar dunia), termasuk pertumbuhan ekonomi dari
motor-motor utama penggerak perekonomian
dunia, seperti AS, Jepang, EU, dan China akan meningkat.
Namun, pada pertengahan kedua tahun 2005
ekonomi Indonesia diguncang oleh dua
peristiwa yang tak terduga sama sekali, yakni naiknya harga minyak mentah (BBM)
di pasar internasional dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Ekonomi Industrial
Industrialisasi
merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi,
spesialisasi, dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi sangat perlu karena menjamin pertumbuhan ekonomi.
Di
Indonesia sejak tahun 1969 pemerintah melaksanakan industrialisasi dan sejak
itu hingga krisis ekonomi terjadi tahun 1997 lalu pendapatan masyarakat per
kapita mengalami peningkatan yang cukup pesat setiap tahunnya.
Industrialisasi
bukanlah tujuan akhir melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses
pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi.
Meskipun pelaksanaanya
sangat bervariasi antarnegara, periode industrialisasi merupakan tahapan
logis dalam proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara
historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam
permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja.
Komentar
Posting Komentar