MAKALAH AGAMA : HUBUNGAN AGAMA ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
HUBUNGAN AGAMA ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Nur Azizah Abrida Basuni (1512000051)
Semester Genap
2015-2016
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Perbanas Institute Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dalam menjalani
hidup, manusia memerlukan agama sebagai pedoman dalam membimbing dan
mengarahkan kehidupannya agar selalu berada di jalan yang benar. Agama tidak
sekedar dijadikan sebagai identitas belaka, melainkan benar-benar difungsikan
dalam kehidupan sehari-hari agar kehidupan manusia terbimbing dan terarah.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna sangat mementingkan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang di orientasikan sebagai sarana ibadah pengabdian
muslim kepada ALLAH SWT dan melaksanakan amanat khalifatullah dimuka bumi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai
sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi. Tapi di sisi lain, tak
jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan
martabat manusia. Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga
tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya.
Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi
internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime)[1]
dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Di sinilah, peran agama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan
agar kita memperoleh dampak ilmu pengetahuan yang positif saja, seraya
mengeliminasi[2] dampak negatifnya
semiminal mungkin.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud Islam?
2. Apa yang dimaksud ilmu
pengetahuan?
3. Bagaimana hubungan atara Islam
dan ilmu pengetahuan ?
1.3
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud Islam
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud ilmu
pengetahuan
3. Untuk mengetahui hubungan antara Islam dan
ilmu pengetahuan
BAB
II
ISLAM DAN
ILMU PENGETAHUAN
2.1 Islam
Dari
segi bahasa Islam
berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian.[3]
Pengertian
lslam dari segi istilah, Harun Nasution mengatakan bahwa lslam menurut istilah
adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.[4]
Jadi,
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan
agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan
agama ini bagi hamba-hambaNya.
Dengan
agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya
meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada
suatu agama pun yang diterima selain Islam. Allah ta’ala berfirman,
“Pada
hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan
nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.”
(QS. Al Maa’idah: 3)
Allah ta’ala juga
berfirman,
Agama
Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum. Islam
adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun
syariat-syariat yang diajarkannya:
a. Islam
memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.
b. Islam
memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta
c. Islam
memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
d.
Islam memerintahkan untuk
menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
e.
Islam memerintahkan untuk
menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
Islam sebagai sistem pengetahuan dibangun
atas dasar hidayah Allah berupa indera, akal, dan kalbu.[5]
2.2 Ilmu pengetahuan
Ilmu
adalah pengetahuan manusia mengenai segala hal yang dapat diindera oleh potensi
manusia (penglihatan, pendengaran, perasaan dan keyakinan) melalui akal atau
proses berfikir (logika). Ini adalah konsep umum (barat) yang disebut (knowledge).
Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan formula yang
disebut ilmu pengetahuan (science).
Dalam Al-Qur’an, keduanya disebut (ilmu). Para sarjana muslim berpandangan
bahwa yang dimaksud ilmu itu tidak terbatas pada pengetahuan (knowledge)
dan ilmu (science)
saja, melainkan justru diawali oleh ilmu Allah yang dirumuskan dalam lauhil
mahfudzh yang disampaikan kepada kita melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah.[6]
Ilmu
Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri.
Bila diikuti jalan fikiran ini, maka dapatlah kita fahami bahwa Al-Qur’an
merupakan sumber pengetahuan manusia (knowledge
dan science). Dengan membaca dan memahami
Al-Qur’an, manusia pada hakekatnya akan memahami ilmu Allah, yaitu
firman-firman-Nya.[7]
Jadi, berdasarkan fakta-fakta yang ada dan apa-apa yang
terkandung dalam al-qur’an, kita dapat membulatkan pernyataan bahwa ilmu yang dimiliki oleh manusia dan yang wajib
dituntut oleh manusia, semua berporos pada agama. Agama yang menjunjung tinggi
peran akal dalam mengenal hakikat segala sesuatu. Begitu pentingnya peran akal,
sehingga bahkan dikatakan bahwa tak ada agama bagi orang yang tak berakal,
dengan akal yang telah sempurna itulah maka Islam diturunkan ke alam semesta.
Melalui akal, manusia dengan proses berfikir berusaha memahami berbagai realita
yang hadir dalam dirinya, sehinga manusia mampu menemukan kebenaran sesuatu,
membedakan antara haq dan bathil. Sehingga dapat dikatakan bahwaakal dan
kemampuan berpikir yang dimiliki manusia adalah fitrah manusia yang
membedakannya dari makhluk yang lain.
2.2.1 Bentuk Ilmu Pengetahuan
Menurut beberapa pakar, ilmu
pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas berfikir dan memahami
dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi langkah-langkahnya. Dengan pola tersebut maka akan
dihasilkan sebuah pengetahuan yang sistematis mengenai fenomena tertentu, dan
mencapai kebenaran, pemahaman serta bisa memberikan penjelasan serta melakukan
penerapan.
Disinilah
perlunya menemukan paradigma epistemologi islami, sehingga proses berfikir dan
memahami tetap berada dalam ajaran agama islam. Sistem pengetahuan islam adalah
perpaduan antara tauhid yang bertitik tolak pada keyakinan (faith) dengan
kehendak bebas (freewill) manusia berupa pengolahan potensi indrawi,
akal pikir, dan kalbu[8]
Secara garis besar, ilmu pengetahuan
dibagi menjadi dua bentuk, yakni ilmu eksakta dan ilmu humaniora. Ilmu eksakta
adalah spesifikasi keilmuan yang menitik beratkan pada hukum sebab akibat.
Penilaian terhadap ilmu-ilmu eksakta cenderung memakai metode observasi yang
digunakan sebagai cara penelitiannya dan mengukur tingkat validitasnya. Dengan
model tersebut, penelitian terhadap ilmu-ilmu eksakta sering mendapatkan hasil
yang objektif. Sedangkan ilmu humaniora merupakan spesifikasi keilmuan yang
membahas sisi kemanusian selain yang bersangkutan dengan biologis maupun
fisiologisnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan ini lebih tertitik
tekan dalam masalah sosiologis dan psikologisnya.
Menurut Jujun, cabang atau bentuk ilmu
pada dasarnya berkembang dari cabang utama, yakni filsafat alam yang kemudian
berafiliasi di dalamnya ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang
menjadi menjadi cabang ilmu-ilmu sosial
(the
social sciences). Dari kedua cabang tersebut, klasifikasi
keilmuan menjadi kian tak terbatas. Diperkirakan sampai sekarang ini, terdapat
sekitar 650 cabang keilmuan yang masih belum banyak dikenal. Kepesatan kemajuan perkembangan ilmu
ini demikian cepat, hingga tidak menutup kemungkinan sepuluh tahun ke depan,
klasifikasi keilmuan bisa mencapai ribuan jumlahnya.
Sekian banyak jumlah cabang keilmuan
tersebut, bermula dari ilmu alam yang membagi diri menjadi dua kelompok, yakni
ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hidup (hayat/the biological sciences). Ilmu alam ini bertujuan untuk
mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini kemudian membentuk rumpun
keilmuan yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu fisika yang mempelajari
tentang massa dan energi, ilmu kimia yang membahas tentang substansi zat, ilmu
astronomi yang berusaha memahami kondisi benda-benda langit dan ilmu-ilmu
lainnya. Dari rumpun keilmuan ini kemudian membentuk ranting-ranting baru,
seperti kalau dalam fisika ada yang namanya mekanik, hidrodinamika, bunyi dan
seterusnya yang masih banyak lagi ranting-ranting kecil.
Disiplin keilmuan tersebut di atas
terlahir dari beberapa sumber. Ilmu pengetahuan yang terlahir dari sumber yang
berdampak pada perbedaan dari masing-masing jenis keilmuan. Meskipun demikian
tidak semua orang mempercayai dan mengakui keilmuan seseorang yang kebetulan
muncul dari sumber yang tidak diyakini oleh kebanyakan masyarakat. Misalnya
ilmu ladunniy yang diyakini adanya di
kawasan Timur namun tidak dipercaya di daerah Barat.
Dalam buku Filsafat Ilmu karya Amsal
Bakhtiar dikatakan bahwa ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa sumber
ilmu pengetahuan keluar dari empat hal. Pertama adalah Empirisme, menurut
aliran ini seseorang bisa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman inderawinya.
Dengan indera manusia bisa menghubungkan hal-hal yang bersifat fisik ke medan
intensional, atau menghubungkan manusia dengan sesuatu yang kongkret-material.
Kedua adalah Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal merupakan
satu-satunya sumber kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang diakui benar
semata-mata hanya diukur dengan rasio.[9]
Ketiga adalah intuisi. Intuisi ini
bisa dikatakan hampir sama dengan insting, namun berbeda dalam tingkat
kesadaran dan kebebasannya. Untuk menumbuhkan kemampuan ini, diperlukan usaha
dan kontinuitas latihan-latihan. Ia juga menambahkan bahwa intuisi mengatasi
sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang meliputi harus adanya analisis,
menyeluruh, mutlak dan lain sebagainya. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk
mengetahui secara langsung dan seketika. Keempat adalah wahyu, sumber ini hanya
khusus diperoleh melalui para Nabi yang menerima pengetahuan langsung dari
Tuhan semesta alam. Para Nabi memperoleh pengetahuan tanpa upaya dan tanpa
memerlukan waktu tertentu. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan.
Jika sumber pengetahuan tersebut
dihubungkan dengan struktur realitas (objek) dan struktur keilmuan, maka
pengklasifikasiaanya sebagaimana dalam tabel berikut:
2.2.2 Sumber Ilmu Pengetahuan
Sumber Ilmu
|
Struktur Realitas (objek)
|
Struktur Keilmuan
|
Intuisi,
rasio, indera, wahyu
|
Transenden
|
Ilmu
Agama (kitab suci)
|
Rasio,
indera, intuisi
|
Manusia
|
Ilmu
filsafat
|
Rasio,
indera, intuisi
|
Masyarakat
|
Ilmu
sosial, budaya, ekonomi, politik dsb
|
Rasio,
indera, intuisi
|
Sebab-akibat,
proses
|
Ilmu
fisika, kimia dsb
|
Intuisi
|
Pertahanan
hidup
|
Ilmu
kelangsungan hidup
|
Indera
|
Fisiko-kemis
|
Pengetahuan
sederhana
|
2.3 Hubungan islam dan Ilmu pengetahuan
2.3.1 Kedudukan islam dalam iptek
Sebagai orang yang rendah pengetahuan keislamannya
beranggapan bahwa Al-Qur’an adalah sekedar kumpulan cerita-cerita kuno yang
tidak mempunyai manfaat yang signifikan terhadap kehidupan modern, apalagi jika
dikolerasikan dengan kemajuan IPTEK saat ini. Al-Qur’an menuntut mereka
cukuplah dibaca untuk sekedar mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali
kandungan ilmu didalamnya, apalagi untuk menjawab permasalahan-permasalahan
dunia modern dan diterapkan dalam segala aspek kehidupan, hal itu adalah
sesuatu yang nonsense. Anggapan-anggapan di atas merupakan indikasi bahwa orang
tersebut tidak mau berusaha untuk membuka Al-Qur’an dan menganalisis kandungan
ayat-ayatnya. Oleh karenanya maka anggapan tersebut adalah sangat keliru dan
bertolak belakang dengan semangat Al-Qur’an itu sendiri. Bukti-bukti ini yang
menunjukkan sebaliknya misalnya, bahwa wahyu yang pertama kali diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca/belajar
dan menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa atau dzikrullah.
Demikian tinggi hikmah turunnya ayat ini, menunjukkan perhatian Islam yang
besar terhadap ilmu pengetahuan.
Sejarah menunjukkan, bahwa pada masa kaum muslimin
mempelajari dan melaksanakan agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia
dengan pakar-pakar yang menguasai dalam
disiplin ilmunya masing-masing, sehingga Barat pun belajar dari mereka.
Baru di masa kaum muslimin meninggalkan ajaran agamanya dan tergiur dengan
kenikmatan duniawi dan berpaling ke barat, maka Allah SWT merendahkan dan
menghinakan mereka. Sungguh telah benar Rasulullah SAW yang telah
memperingatkan umatnya dalam hal ini. Karena kedudukan ilmu yang sedemikian
tingginya, maka islam mewajibkan umatnya untuk memperlajari ilmu.
2.3.2 Aqidah
Islam Sebagai Dasar Iptek
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam
iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi
iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah
SAW.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi
oleh kaum muslimin saat ini.Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan,mengapa di dalam
sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan system ekonomi kapitalis
yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu
menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan
dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya; Teori Darwin yang dusta dan sekaligus
bertolak belakang dengan Aqidah Islam. Bahwa manusia adalah hasil evolusi dari
organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam
menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini
tentu perlu perubahan fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti
paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang
bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan basis
bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama,
bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep
iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah
konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an
dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi,
1996:12).
Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai
landasan iptek, bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan
seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu, atau hadis tertentu. Kalau pun
ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan
ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, bukan berarti konsep iptek harus
bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat
yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas[10] bahwa langit (bahan alam
semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari
kondensasi (pemekatan) gas tersebut[11], dan sebagainya. Ada
sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang menjelaskan seperti itu. Ayat-ayat ini
menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan
menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek wajib
didasarkan pada ayat-ayat tertentu.
Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam
sebagai landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada
Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada
Al-Qur`an dan Al-Hadits.Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar
(miqyas) iptek, dan bukannya sumber (mashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep
iptek yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak
boleh bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus
ditolak.
Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu Al-Qur`an
dan Al-Hadits hanyalah standar iptek, dan bukan sumber iptek, adalah bahwa umat
Islam boleh mengambi iptek dari sumber kaum non muslim (orang kafir). Dulu Nabi
SAW menerapkan penggalian parit di sekeliling Madinah, padahal strategi militer
itu berasal dari tradisi kaum Persia yang beragama Majusi. Dulu Nabi SAW juga
pernah memerintahkan dua sahabatnya memepelajari teknik persenjataan ke
Yaman,padahal di Yaman dulu penduduknya adalah Ahli Kitab (Kristen). Umar bin
Khatab pernah mengambil sistem administrasi dan pendataan Baitul Mal (Kas
Negara),yang berasal dari Romawi yang beragama Kristen. Jadi, selama tidak
bertentangandengan aqidah dan syariah Islam, iptek dapat diadopsi dari kaum
kafir. Syariah Islam Standar Pemanfaatan Iptek
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek,
adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak
boleh dimanfaatkan,adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada
banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan
perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan
Rasul-Nya. Antara lain firman Allah (artinya) :
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (QS An-Nisaa` [4] : 65)
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (QS Al-A’raaf [7] : 3)
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (QS Al-A’raaf [7] : 3)
Sabda Rasulullah SAW :
Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada perintah kami
atasnya, maka perbuatan itu tertolak. (HR Muslim)
Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat
sekarang dan juga negeri-negeri muslim yang bertaqlid dan mengikuti Barat
secara membabi buta. Standar pemanfaatan iptek menurut mereka adalah manfaat,
apakah itu dinamakan pragmatisme atau pun utilitarianisme. Selama sesuatu itu
bermanfaat,yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan
absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.
Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat
menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan iptek secara tidak bermoral,
tidak berperikemanusiaan, dan bertentangan dengan nilai agama. Misalnya
menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa,
memanfaatkan bayi tabung tanpa melihat moralitas (misalnya meletakkan embrio
pada ibu pengganti), mengkloning manusia (berarti manusia bereproduksi secara
a-seksual, bukan seksual), mengekploitasi alam secara serakah walaupun
menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya.
Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang
salah itu dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang
bersumber dari pemilik segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang
amat mengetahui mana yang secara hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang
secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar itu adalah segala perintah dan
larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah
Islam.
Setiap manusia diberi hidayah allah SWT berupa ‘’
Alat-alat untuk mencapai dan membuka
kebenaran. Hidayah tersebut adalah Indra, untuk menangkap kebenaran fisik
Naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara
pribadi ,aupun social. Pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu
mengembangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa,ilmiah
dan fisafih). Akal juga merupakan pengantar untuk menuju kebenaran tertinggi.
Imajinasi, daya hayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan
pengetahuannya
Islamisasi Ilmu Pengetahuan dalam menghadapi
perkembangan iptek ilmuwan muslim dapat di kelompokan dalam 3 kelompok :
1.
Kelompok yang menganggap
iptek modern bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil iptek modern
dengan mencari ayat-ayat al-qur’an yang sesuai
2.
Kelompok yang bekerja dengan
iptek modern, tetapi berusaha juga mempelajari sejarh dan filsafat ilmu agar
dapat menyaring elemen-elemen yamg tidak islami.
3.
Kelompok yang percaya adanya
iptek islam dan berusaha membangunnya
2.3.3 Ayat-ayat tentang Ilmu
Pengetahuan
1. Surat Al-Baqarah (31-32)
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
٣١ قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ
ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ ٣٢
Artinya :
Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar! (31). Mereka menjawab: "Maha
Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana" (32).
2.
Surat Taubah (9) ayat 122
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا
نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ
قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
Artinya :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
3. Az-Zumar (39) ayat 9
أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدٗا وَقَآئِمٗا يَحۡذَرُ
ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ
وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٩
Artinya :
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.
4. Mujaadalah (58) ayat 11
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ
فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ
وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Artinya :
Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
5.
Surat Al-Alaq (96) ayat 1-5
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡوَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
(2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3). Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam (4). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
(5).
2.3.4 Arah Pengembangan Iptek
Dalam Islam
Allah telah menciptakan manusia dengan potensi
akal untuk memahami elemen- elemen alam, menyelidiki dan menggunakan
benda-benda dalam bumi dan langit demi kebutuhannya. Allah SWT dalam QS. 17(Al
Isra’) 70 berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ
وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka didaratan dan dilautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.
Dalam ayat tersebut, Al-Qur’an sakhhara yang artinya menundukkan atau merendahkan,
maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang dapat diraih
darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di
bawah manusia. Peran manusia sebagai khalifah dimuka bumi menyebabkan alam
semesta tunduk dalam kepemimpinan manusia yang sejalan dengan maksud Allah SWT.
Dalam QS. 13(Ar Ra’du) : 2 Allah berfirman:
اللّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ
مُّسَمًّى يُدَبِّرُ الأَمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ
لَعَلَّكُم بِلِقَاء رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya : Allah lah Yang meninggikan langit tanpa tiang(sebagaimana) yang
kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, menundukkan matahari dan
bulan. Masing- masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur
urusan(makhluk Nya), menjelaskan tanda- tanda(kebesaranNya), supaya kamu
meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu
Dengan kemampuan akal, ilmu, dan teknolginya
manusia dapat meniru segala kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal
udara dan jet dapat terbang ke udara seperti burung. Manusia dapat menembus
bumi dengan teknologinya serta menggali segala mineral dan minyak yang
terpendam dalam bumi.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, umat Islam hendaknya memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah
untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk
mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman dalam Q.S. Al Bayyinah 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus.
Ayat pertama dalam Al-Qur’an adalah perintah iqra’bismirabikalladzi khalaq (bacalah
dengan nama Tuhanmu yang menciptakan). Hal ini bermakna ketundukan manusia
bukan kepada alam dan segala yang diciptakan, melainkan pada penguasa Alam. Allama bil qalam ( yang mengajar dengan
qalam). Makna qalam terus berkembang
sepanjang jalan, mulai dari alat tulis sederhana,sampai arti qalam di abad modern ini, sepeti mesin
tik,computer,mesin percetakan,cetak jarak jauh,internet, dan handphone yang
beraneka fungsinya yang terus berkembang. Qalam
adalah alat tulis dan alat perekam,sebagai lambang teknologi.
Dalam Islam segala amal perbuatan(manusia muslim)
senantiasa di kaitkan dengan keridhaan Allah. Dalam masalah ibadah senantiasa
memperhatikan petunjuk dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus
berkembang ini, manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk di kembangkan
dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah di tentukan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan
kegiatan yang terus-menerus berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai
manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi, banyak
segi kehidupan manusia yang dipermudah berpijak kepada dasar dan motif dalam
pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecanggihan
teknologi bagi umat muslim taklain untuk memperoleh kemakmuran dan
kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari ke ridhaan Allah,
sehingga dapat di capai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Arah perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dibutuhkan agar dalam perkembangannya tidak menyimpang dari ketentuan
hukum-hukum syara’, dan hanya mengikuti keinginan dan hawa nafsu manusia demi
kepuasan intelektualitas. Dalam sistem pendidikan islam, strategi dan arah
perkembangan iptek dapat kita lihat dalam kerangka berikut ini:
Tujuan
utama ilmu yang dikuasai manusia adalah dalam rangka untuk mengenal Allah swt.
sebagai Al Khaliq, menyaksikan kehadirannya dalam berbagai fenomena yang
diamati, dan mengangungkan Allah swt, serta mensyukuri atas seluruh nikmat yang
telah diberikanNya.
1.
Ilmu harus dikembangkan
dalam rangka menciptakan manusia yang hanya takut kepada Allah swt. semata
sehingga setiap dimensi kebenaran dapat ditegakkan terhadap siapapun juga tanpa
pandang bulu.
2.
Ilmu yang dipelajari
berusaha untuk menemukan keteraturan sistem, hubungan kausalitas, dan tujuan
alam semesta.
3.
Ilmu dikembangkan dalam
rangka mengambil manfaat dalam rangka ibadah kepada Allah swt., sebab Allah
telah menundukkan matahari, bulan, bintang, dan segala hal yang terdapat di
langit atau di bumi untuk kemaslahatan umat manusia.
4.
Ilmu dikembangkan dan
teknologi yang diciptakan tidak ditujukan dalam rangka menimbulkan kerusakan di
muka bumi atau pada diri manusia itu sendiri.
Dengan
demikian, agama dan aspek pendidikan menjadi satu titik yang sangat penting,
terutama untuk menciptakan SDM (Human Resources) yang handal dan sekaligus
memiliki komitmen yang tinggi dengan nilai keagamaannya.
Di samping itu hal yang harus diperhatikan pembentukan SDM berkualitas
imani bukan hanya tanggung jawab pendidik semata, tetapi juga para pembuat
keputusan politik, ekonomi, dan hukum sangat menentukan.
Perlu dicatat bahwa akar kriminalitas, termasuk KKN[12],
terjadi adalah akhlaq/perilaku manusianya yang teralienasi dengan ajaran
agamanya. Revolusi terhadap perilaku manusia merupakan basis dari gerakan
pembaharuan yang benar. Oleh sebab itu sangat diperlukan co-responsible for
finding solutions. Untuk melakukan revolusi tersebut maka musti diawali dengan
revolusi pemikiran (Taghyiir al Afkaar) dan pemahaman manusia terhadap Islam.
2.3.5
Berperilaku Islami Dalam Menghadapi Kemajuan Iptek
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama
Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah
pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ’ilmu
pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang
salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada
di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
Karena alam semesta –yang dipelajari melalui ilmu
pengetahuan–, dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAAW —
yang dipelajari melalui agama– , adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan
perwujudan/tajaliyat) Allah SWT, maka
tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena
keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan
Pemelihara seluruh Alam Semesta.
Dalam membicarakan tentang iptek mulai dikaitkan
dengan moral dan agama. Dalam kaitan ini, keterkaitan iptek dengan moral
(agama) diharapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya saja ( aksiologi), tapi
juga pada pilihan objek (ontology) dan metodologi (epistemology)nya sekaligus.
Secara lebih spesifik integrasi pendidikan imtak
dan iptek di perlukan karena tiga alasan :
1. Iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat
besar bagi kesejahteraan hidup manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan
taqwa kepada allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak,iptek bias disalah gunakan
pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif (merusak).
2. Iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik,materialistic
dan hedonistic yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang
di anut oleh bangsa Indonesia.
3. Imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang
akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup.tanpa dasar imtak, segala
atribut duniawi,seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu
alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu,
tanpa iman dan upaya mencari ridha allah SWT, hanya akan menghasilkan
fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu maka itegrasi
imtak dan iptek harus di upayakan dalam format yang tepat , sehingga keduanya
berjalan seimbang dan dapat mengantar manusia meraih kebaikan dunia
(hasanah fi al-dunya) dan kebaikan akhirat ( hasanah fi al-akhira).
untuk menyikapi iptek dalam kehidupan sehari-hari
yang islami adalah memanfaatkan perkembangan iptek untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT.Sedangkan,kebenaran
iptek menurut islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya iptek sendiri.Iptek
akan bermanfaat apabila:
1. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya
2. Dapan membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik)
3. Dapat memberikan pedoman bagi sesama
4. Dapat menyelesaikan persoalan umat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
adalah keilmuan yang tinggi yang dimiliki oleh seseorang dan mampu menjadi alat
untuk menyelesaikan masalah. Pandangan
Islam terhadap Iptek adalah Iptek merupakan suatu hal yang tidak bisa
ditinggalkan oleh seseorang, Karena kedudukan ilmu yang sedemikian tingginya, maka islam
mewajibkan umatnya untuk memperlajari ilmu. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan sebagai umat muslim
kita harus berpegang pada aqidah islam, aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa
konsep iptek wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang
dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada Al-Qur`an
dan Al-Hadits. ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti
konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi
maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok
ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
Tujuan utama ilmu yang dikuasai manusia adalah dalam rangka untuk
mengenal Allah swt. sebagai Al Khaliq, menyaksikan kehadirannya dalam berbagai
fenomena yang diamati, dan mengangungkan Allah swt, serta mensyukuri atas
seluruh nikmat yang telah diberikanNya.
Dengan demikian, agama dan aspek pendidikan menjadi satu titik yang
sangat penting, terutama untuk menciptakan SDM (Human Resources) yang
handal dan sekaligus memiliki komitmen yang tinggi dengan nilai keagamaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abduh, Muhammad. 2004. Islam, lmu
Pengetahuan dan Masyarakat . Bekasi: Pustaka Dar Islam.
Anshari, Endang Saifuddin.1987. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Imu.
Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsasat Ilmu.Jakarta:
PT Raja Grafindo
Persada.
Daud, mohammad
ali.2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Fadilah, Haris. 2010. Madani,terjemahan. Jakarta: Raja Grafindo.
Harun,
Nasution. 2003. The Heart of Islam.
Bandung: Mizan
Hidayat, Komarudin. 2002. Dinamika Pemikiran Islam di
Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT. Logos Wacana Indah.
Sukmadjaja
Asyarie-Rosy Yusuf. 1984. Indeks Al Qur'an. Jakarta:Balai
Pustaka.
Internet :
[1] Cyber Crime adalah
kejahatan dalam dunia maya yang mengambil data-data pribadi orang lain untuk
berbuat jahat
[2] Menurut kamus besar
bahasa Indonesia mengeliminasi adalah memilah sesuatu untuk di gunakan sesuai
dengan kepentingan
[3] Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H. 2006. Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: PT Graindo Raya (hlm. 49)
[5] Prof. Dr. Komarudin hidayat, Dinamika Pemikiran Islam di
perguruan tinggi. (Jakarta, 2002), hlm 62
[7] Qohar Masjqoery, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, 2003), hlm. 213
[8] Prof.
Dr. Komarudin hidayat, dinamika pemikiran islam di perguruan tinggi,
(jakarta, 2002), hlm 63
Komentar
Posting Komentar